Hujan
cakrawala berteriak pecahkan senyap
dan indera pendengaranku mulai meraba
rinai indahmu terpelanting gemerincing
Tudung jiwa panggilkan dia mendadak
maka aku mulai berpuisi dalam puing kenangan
dalam bahtera harapan tak bertuan
Nahkodaku raib
hangus oleh garis Tuhan
dan aku hidup bersampul nestapa
Rinaimu kembali pantulkan kisah
dan nelangsa jiwa tak kenal arah
ini gila!
kami pernah mencoba membunuh rinai
tapi kami kalah
kami basah
jujur itu indah
tapi sekarang musibah!
Puisi Sebelumnya: Luka
0 komentar: