CINTA MU DAN CERITAKU
“ Aku menolakmu sekali, aku
menunggu mu ribuan hari, aku percaya jodoh akan mengantarmu menjadi penulis cerita hakiki bersamaku”
Suasana
malam itu terasa dingin bagi Haikal ketika cintanya di tolak mentah-mentah oleh
teman sekelasnya Akila. Akila adalah gadis yang manis, pintar, tetapi mempunyai
sifat yang dingin dan kaku seperti es batu. Perjuangan Haikal menantikan cinta
Akila selama 1 tahun, dengan menyembunyikan perasaan yang menyesakkan dada,
mencoba mendekati walau hanya senyum batu yang dipatkannya. Akhirnya hanya akan
berganti menjadi persahabatan. Haikal mengutarakan perasaanya melalui telpon
bersama dinginnya malam berbintang, Haikal merasa tak ada lagi tetesan darah
yang tersisa ditubuhnya ketika mendengar jawaban Akila,
“ Aku gag bisa, aku gag mau pacaran”
Jawab Akila seolah tanpa ekspresi.
“ Kenapa ?, apa ku jelek ya ?”
Haikal heran.
“ Alasan pribadi” Jawab Akila cuek.
Haikal
mati akal memikirkan perasaannya yang hancur. Segera dia memutuskan koneksi
telponnya. Disisi lain Akila terdiam melihat tingkah Haikal memutuskan telpon
tapa pamitan.
Pagi
hari disekolah, perasaan Haikal makin tak menentu ditambah lagi sakit yang
menyerang batinnya kertika melihat Akila begitu dekat dengan Heru. Haikal,
Akila dan Heru merupakan teman sekelas dari sejak kelas 2 SMA. Kejadian yang
terjadi semalam bahkan seolah-olah tidak pernah terlintas dipikiran Akila.
Melihat sikap Akila yang makin kaku terhadapnya, Haikal mulai memikirkan
sesuatu yang lain. Haikal mencoba menceritakan kisahnya pada Riski sahabatnya.
“
Riski sepertinya aku minggu depan gag lagi bersama kalian disisni” kata Haikal.
“
Kayak orang mau pergi aja, kamu kenapa lesu banget ?” tanya Riski.
“
Aku merasa tak ada gunanya disini, dari dulu kamu tahu kenapa aku berada
disini. Aku hanya bersabar sampai Akila benar-benar melihat ke arahku. Tapi
sekarang aku sadar, bahwa sampai kapan pun dia tak akan pernah melihatku”
Haikal menjelaskan.
“
Jadi kamu mau kemana ?” Riski tersenyum.
“
Dari dulu orang tuaku sudah menyuruhku pindah sekolah karena nenek ku sendirian
di kampong halamanku. Mungkin aku harus menerima perintah ortuku sekarang”
jawab Haikal.
“
Ke Bandung ?, tempat kelahiran mu ?” tanya Haikal, dan dia masih tersenyum.
“
Kamu senang ya rasanya melihat aku sengsara ?. Sahabat kampreto, Gag solidare
kau ma kawan. Kawan mau mati pun kau senyum” Haikal kesal.
“
Slow lah boy, jangan kau Nampakkan kali batak kau. Macam orang batak aja kau.
Aku aja yang batak tulen gag ngomong kek kau” jawab Riski.
“
Alah sok batak kau, batak gag jelas kau. Orang batak tu solidare nya tinggi.
Gag kek kau, gag ngerti kawan “ Haikal kesal.
“
Udalah Kal, ngapaen kamu pindah, Toh bentar lagi kita juga tamatnya dari sini,
siap tu pergilah kau menuntut ilmu tempat kelahiran mu itu” Riski meyakinkan
Haikal.
“
Iya juga ya ?” Haikal Nampak goyah.
“
Kamu pikirkan itu masak-masak” Riski meyakinkan Haikal.
“
Gag Ris, aku uda bulat. Minggu ini ku urus persyaratan-persyaratan pindah
sekolah. Nanti ku tunggu kau di ITB ya, bukankah kamu sangat ingin kuliah
disana ?” sambung Haikal.
“
Iya Kal, tapi orang tuaku menyuruhku melanjutkan di bagian keperawatan di USU”
jawab Riski.
“
Tapi kalau menurutku, raihlah yang menjadi mimpimu. Jangan lupakan cita-citamu
boy” Haikal memberi semangat.
“
Iya, Kamu juga. Jangan kalah hanya gara-gara perempuan” Riski tertawa.
“
Asal kamu tau ya,dibelakang seorang pria yang hebat ada wanita yang lebih hebat.
Maka carilah wanita yang bisa membuatmu menjadi hebat bukan menjadikan mu
budak” jawab Haikal tegas.
“
Ya, ya, ya. Jadi Akila hebat ya ?” Riski tersenyum.
“
Bukan karena itu, karena sayangku padanya tak beralasan. Bukan karena dia hebat
atau apalah kata-katanya. Namun aku percaya bersama dia aku akan lebih bisa
mengepakkan sayapku untuk menjadi hebat” jawab Haikal tegas.
Disisi
lain Akila yang gemar menulis, selalu membawa diary yang berisikan
coretan-coretan tentang karyanya. Dia mempunyai mimpi suatu ketika bisa menjadi
seorang penulis professional. Hal tersebut ingin diawali dengan menerbitkan
suatu novel perdananya yang kini sedang di susunnya. Sebenarnya Akila tidaklah
sekaku yang di anggap Haikal. Akila berjiwa puitif dan sangat kreatif serta dia
juga tidak monoton. Orang-orang yang mempunyai sifat kaku biasanya terkesan
monoton. Akila sering sekali menyendiri di taman sekolah, dan sahabat
terbaiknya Sisi, selalu setia untuk bersamanya.
“
Hei, kapan rencana kamu mengirimkan novel mu ke penerbit ?” tanya Sisi.
“
Belom tau Si, belom siap. Aku masih bingung endingnya bagaimana.” Jawab Akila.
“
Loh kok bingung, kamu kan mempunyai fantasi yang luarbiasa, masa itu aja susah”
sambung Sisi.
“
Bukan Gitu, Novel ini hanya sedikit mengandung fiktif dan bahkan hampir tidak
ada fiktifnya” jawab Akila.
“
Maksudnya?” Sisi penasaran.
“
Hanya Akila dan Tuhan yang tau.” Akila tertawa.
“
Ah gag seru, suka banget bikin orang penasaran.” Sisi kesal.
“
Sisi sayang, ada waktunya kamu pun bisa membacanya walau novel ini tidak akan
jadi buku.” jawab Akila tegas.
“
Iya iya iya”
*****
Hari
demi hari telah berlalu, segala urusan sudah disiapkan Haikal untuk pindah
sekolah. Hari ini adalah hari terakhir Haikal menginjakkan kakinya di
sekolahnya. Hati haikal terasa berat untuk meninggalkan kenangan di sekolah
tersebut. Banyak kenangan yang terlukis dibalik gerbang SMA itu, terlebih lagi
bersama Riski sahabatnya. Haikal tak sanggup menahan air mata ketika memndangi
wajah Akila yang sedang duduk menulis dibangkunya.
“
Kau kok nangis kampret” tanya Riski.
“
Gag, mata ku kelilipan” jawab Haikal.
“
Alah acem aku bodoh aja kau buat ya kamptero” sambung Riski.
“
Ris, bagus-bagus ya sekolah, kau harus lulus boy, ku tunggu di ITB” tambah
Haikal.
“
Jadi besok kamu pindah ?” Riski tampak sedih.
“
Iya boy, nenekku nelpon-nelpon terus. Pulang sekolah nanti aku terbang kesana”
jawab Haikal.
“
Aku pasti sedih” jawab Riski.
“
Janganlah kayak cewe” Haikal memeluk Riski, mereka tidak sadar bahwa
teman-teman di kelas merasa heran dengan mereka.
Haikal
tidak pernah mengatakan bahwa besok dia akan pindah dari sekolah itu kepada
teman-temannya tak terkecuali Akila.
kini
Haikal sudah dirumah untuk berangkat ke ke Bandara, tiba-tiba Riski datang.
“
Kal..” Riski memanggil dari gerbang.
“
Hei, kenapa kesini ?” tanya Haikal.
“
Kau jahat kali ya kampreto, gag kau tunggu aku. Aku kesini ya untuk ngantar
kamu ke bandara” jawab Riski.
“
Maksih ya sobat, kamu masih mau sempatkan waktumu” jawab Haikal.
“
Kal, kamu gag kasih tau Akila tentang perpindahan mu ?” tanya Riski.
“
Nggak, karena itu gag memberikan makna apa-apa bagi dia” jawab Haikal.
Tiba-tiba
orang tua Haikal memanggil untuk segera menaiki mobil menuju bandara.
Pembicaraan mereka terhenti, padahal Riski ingin mengatakan sesuatu. Kini Riski
dan Haikal beserta orang tua Haikal sudah berada di mobil menuju bandara.
Sesampai disana, Haikal menyalami dan memeluk ortu dan sahabatnya hingga
kemudian pergi meninggalkan negeri Batak.
*****
Kini
mereka sudah menjadi mahasiswa di Universitas masing-masing. Riski menjalani
harinya menjadi seorang mahasiswa keperawatan Universitas Sumatera Utara. Dia
sangat menikmati hari-harinya mempelajari ilmu keperawatan. Sementara Akila belajar
di Fakultas Psikologi di Universitas yang sama. Baik Riski maupun Akila tidak
pernah mengetahui kabar apapun dari Haikal, karena orang tua Haikal juga sudah
pindah ke Bandung di karenakan nenek Haikal sering sakit-sakitan.
Disisi
yang lain Haikal kini belajar di salah satu Universitas dibandung dan menjadi
seorang maahasiswa hukum. Setiap hari dia sibuk dengan tugas-tugas mata
kuliahnya. Haikal suka sekali nongkrong di toko buku apa saja, tetapi Haikal
tidak pernah membaca buku-buku fiksi. Karena menurutnya membaca buku-buku fiksi
hanya membuang- buang waktunya dengan hayalan-hayalan orang yang tidak jelas,
dan kadang-kadang tidak rasional.
Haikal
mempunyai seorang teman wanita yang sangat gemar membaca fiksi. Gadis ini
kebanyakan waktunya dihabiskan dengan membaca novel, sehingga jumlah novel
dirumahnya sudah hampir tak terhitung, bila dihitung seharian. Karena Haikal
risih melihat kebiasaan temannya itu, maka dia menegurnya,
“
Vi, tidakkah kamu merasa betapa ruginya membaca buku seperti itu setiap hari ?” tanya Haikal kepada Vivi.
“Kal,
hidup ini gag usah terlalu dibawa serius dengan membaca buku-buku non fiksi mu
itu yang membuat urat-urat saraf menjadi tegang. Cepet tua ntar “ jawab Vivi.
“
Yang penting berguna. Banyak tau, banyak ilmu. Coba kamu lihat buku-buku
koleksimu itu, Cuma hayalan yang gag jelas aja.” jawab Haikal.
“
Tapi hidup itu kan gag monoton. Masak itu-itu aja. Sesekali kembangkan
imajinasimu dan bangkitkan emosionalmu dengan membaca novel kek gini” Vivi
menunjukkan novel yang dia baca.
“
Mana coba ku lihat. Paling-paling isinya gag berbobot” Haikal ngejek.
“
Ni, jangan robek ya !. Baru beli tu” sambung Vivi sambil memberikan novelnya
kepada Haikal.
Haikal
membaca novel tersebut lembar demi lembar. Entah kenapa dia sungguh bisa
merasakan emosionalnya memuncak pada cerita tokoh wanita dalam novel tersebut.
Haikal membaca novelnya dengan muka seolah-olah itu bukanlah buku fiksi tetapi
buku non fiksi. Keningnya berkerut seolah cerita dalam novel tersebut butuh
sebuah pengetahuan analisa.
“
Vi, kupinjam ya novelmu ?” tanya Haikal.
“
Haaa ?, gag salah bos ?. Perdana baca novel, eh langsung dipinjam” Vivi
negejek.
“
Serius aku. Boleh ya ?. Kalau uda habis ku kembalikan” sambung Haikal.
“
Aku aja belum baca habis. Yaudah lah, jangan rusak !” Vivi memperingatkan.
“
Macam aku monyet aja sampe rusak” jawab Haikal.
Dirumahnya,
siap mandi Haikal mulai mengambil posisi untuk melanjutkan kisah gadis yang ada
di dalam novel tersebut. Haikal begitu terharu pada kisah tersebut. Dia merasa
ada kesamaan antara kisah tokoh itu dengan dirinya. Tokoh itu memendam cinta
selama 10 tahun lamanya, dan ketika yang dicintainya mengatakan cinta padanya,
dia malah menolak. Gadis itu mempunyai hobi menulis segala sesuatu dalam
diarinya, hingga saat gadis itu menolak cinta yang mencintainya, dia menulis
dalam diarinya“ Aku menolakmu sekali, aku
menunggu mu ribuan hari, aku percaya jodoh akan mengantarmu menjadi penulis cerita hakiki bersamaku” .
Berhalaman-halaman
sudah dibacanya, Haikal semakin penasaran dengan lanjutan ceritanya sehingga
membuat dia tidak menyadari jam sudah menunjukkan jam 05:15 Wib. Akhirnya Haikal
Cuma merasa kecewa karena tidak mendapatkan ending dari cerita itu. Novel itu
adalah jenis Novel bersambung. Keesok paginya Haikal tertidur dikelas. Hal yang
tak pernah terjadi sebelumnya.
“
Kal.. “ Vivi membangunkan Haikal.
“
Apa sih ?” Haikal masih terlihat tak sanggup membuka matanya.
“
Gimana novelnya ?” tanya Vivi.
“
Ah, bersambung. Bikin kesal aja, padahal uda begadang semalaman” jawab Haikal.
“
Berarti itu novel bersambung, mana novelnya sini !” Vivi meminta sambil tertawa
melihat Haikal tak sanggup buka mata.
“
Ini ! ” Haikal memberikan novelnya.
“
Akila Putri” Vivi membaca pengarang novel itu.
“
Akila putri ?” Haikal langsung membuka matanya.
“
Loh kok sehat bos ?” Vivi ngejek.
“
Kamu baca dimana ?” Haikal penasaran.
“
Pengarang novel ini Kal, ini tertulis” Vivi menunjukkan bacaan pengarang novel
tersebut.
“
Coba ku lihat” Haikal sangat penasaran karena nama itu tidak asing bagi
telinganya. Kemudian dia membaca satu persatu informasi dari pengarang novel
tersebut. Dibagian paling bawah dari informasi tentangnya pengarang juga
menuliskan satu paragraph singkat.
“ Aku adalah yang
menantikan mu, aku adalah yang selalu merindukan mu, Aku adalah yang kamu
rapuhkan dalam kehilangan lukisan terindah yang pernah ada, Aku adalah jiwa
yang sendiri menantikan mu kapan kembali. Untukmu seseorang yang telah pergi
dengan kata-kata terakhir di malam penuh bintang, yang pergi tanpa salam, yang
berlinang air mata bersama hujan. Haikal saputra”
Serentak
air mata Haikal jatuh berlinang, ternyata novel tersebut adalah ungkapan hati
Akila untuknya. Haikal jadi berpikir “ Tuhan telah mempertemukan dua rasa pada
cerita hayalan yang ku anggap tidak ada makna kehidupan” . Tanpa ragu Haikal
langsung pulang menuju rumahnya untuk meminta izin terbang ke Medan. Dia ingin memastika perasaan Akila. Dia ingin
mencari penawar kegalauan dan rindunya yang ditanggung hampir setengah tahun lebih.
Orang tua Haikal mengizinkan keinginan anaknya yang membara-bara.
Setelah
sampai di Medan, orang yang pertama di jumpai adalah Riski. Dia langsung
menjumpai Riski dirumahnya.
“
Assalamu’alaikum “ Haikal mengetok pintu.
“
Wa’alaikumsalam” ibu Riski membuka pintu.
“
Tante apa kabar ?” tanya Haikal.
“
Baik, Haikal kapan ke Medan ?. Ayo nak masuk dulu.” tanya ibu Riski.
“
Baru aja nyampe tante, Riskinya ada ?” tanya Haikal.
“
Baru aja pergi, mau maen sepakbola katanya sama teman”
“
O, boleh Haikal nunggu disini ?. Rumah Haikal sudah dijual, karena kami gag
tinggal lagi di Medan. “
“
Boleh sekali pun. Yasudah tante bikin minum dulu ya ?”
“
Gag usah tante, jangan repot-repot”
“
Gag repot kok”
Tiba-tiba
dari pintu terdengar ucapan salam. Segera Haikal membuka pintu. Ternyata yang
memberi salam adalah Riski. Riski terkejut, dan langsung memeluk Haikal.
Kemudian mereka bercerita banyak tentang pengalaman-penagalaman mereka selama
tak bersama. Kemudian Haikal bercerita tujuannya kembali ke Medan.
“
Jadi kamu mau berjumpa dengan Akila ?” tanya Riski.
“
Kamu hebat, aku kagum padamu. Begitu banyak wanita yang lebih baik didunia ini
kamu malah betul-betul berjuang demi satu Gadis” sambung Riski.
“
Karena sebenarnya buka aku yang hebat, tapi Akila yang lebih hebat. Aku pernah
bilang padamu bahwa dibalik laki-laki yang hebat ada wanita yang lebih hebat.
Kenapa aku hebat ?, karena dibalik kehebatanku dalam mempertahankan perasaan ku
ada perasaan yang lebih hebat lagi, yaitu perasaan Akila untukku”
“
Dari mana kamu tau ?”
“
Ini boy, bacalah” Haikal memberikan novel karya Akila.
“
Cintamu, ceritaku. Judul yang bagus, novel apa ini ?”
“
Novel karya Akila, disitu tertera semua perasaannya untukku”
“
Kamu tau dimana Akila sekarang ?”
“
Nggak, dimana ?”
“
Dia kuliah di universitas yang sama denganku tapi dia di psikologi. Sebenarnya
tak usah aku membaca novel ini, karena dari dulu aku sudah tau perasaan Akila
padamu. Dia sudah menyukaimu sejak SD. Bukankah rumah kalian lumayan dekat ?.
Walau kalian bukan dari SD yang sama, tapi dia sering memperhatikanmu. Asal
kamu tau, sebenarnya Akila tidaklah sekaku yang kamu pikirkan. Dia kaku seperti
itu sejak SMA. Kamu tau kenapa ?, karena kamu mulai mengenalnya, apalagi kelas
2 SMA kita sekelas, kamu makin mengenalnya. Dia sering salah tingkah. Dia takut
kalau kamu tidak suka padanya”
“
Kok kamu tau banyak ?”
“
Kami sudah berteman dari SD, mamaku dan mama dia kawan arisan gitu. Jadi kami
lumayan dekat. Bisa dibilang kami sahabat juga”
Tiba-tiba
dari luar terdengar “ Assalamu’alaikum”, kemudian mereka bersama-sama menjawab
“ Wa’alaikumsalam”. Riski bangun membukakan pintu. Ternyata yang datang adalah
tamu yang lagi diharapkan kedatangannya.
“
Akila, tumben datang. Ayok masuk ada seseorang didalam” Riski tersenyum.
“
Siapa ?” Akila penasaran.
“
Lihatlah sendiri, ayok !” Riski mengajak Akila.
“
Kal, ada tamu buat kamu “ Riski tersenyum kearah Haikal. Haikal dan Akila
terlibat kontak mata, jantung mereka bermain drum. Darah mereka disekujur tubuh
bagai enggan untuk tetap diperedarannya. Tak ada sepatah katapun yang keluar.
Rindu di dada mereka sedang menggebu-gebu. Akila ingin sekali memeluk Haikal.
Tapi ditahannya, karena mereka bukan muhrim. Haikal ingin sekali mencium dan
memeluk Akila sebagai penawar rindunya, apalagi setelah megetahui perasaan
Akila. Tetapi dia sangat hormat pada Akila.
“
Kok diem, uda lama gag jumpa masak gitu” Riski membuka bicara.
“
Akila apa kabar ?” tanya Haikal.
“
Baik, kamu sendiri ?” tanya Akila.
“
Lumayan” jawab Haikal.
“
Kamu pergi kok gag bilang-bilang sih ?”
“
Aku galau “
“
Maaf”
“
Ngerasa ya ?. Bukan karena Akila kok, karena nenek minta Haikal pindah “
“
Alah Kal, gengsi kau buang aja napa. Uda gag sopan, gengsian, kapan
berkembangnya ?” sambung Riski.
“
Diem aja kenapa ?. Kita pergi dululah” Haikal berkata pada Riski.
“
Kemana ?”
“
Masak kek kau sana sama tante, ada yang mau kubilang sama Akila. ngerti sikit
kenapa ? “
“
Iye iye iye mas bro. jadi perempuan aku demi kau” jawab Riski yang membuat
Akila jadi tersenyum.
Haikal
kini pindah dan duduk disamping Akila. Dia mencoba meraih tangan Akila, tapi
Akila manariknya kembali.
“
Maaf Kal, kita buka muhrim” Akila berkata.
“
Siapa bilang kita bukan muhrim?”
“
Memang iya kan ?”
“
Kita bukannya bukan muhrim, tapi kita belum muhrim. Karena kita pasti akan jadi
muhrim” Akila terlihat tersenyum.
“
Akila mau gag jadi istri Haikal nanti ?” sambung Haikal.
“
Nanti kapan ?” Akila terlihat malu-malu.
“
Setelah Haikal mapan, Haikal janji akan cepat mapan supaya bisa bersama Akila
terus”
“
Tapi, kita sangat jauh”
“
Siapa bilang kita jauh ?”
“
Memang iya kan ?”
“
Jauh dimata dekat di hati. Mata hanya memandang dalam jangkauan yang terbatas,
tapi hati mampu menjangkau tanpa batasan”
“
Ada aja dijawab”
“
Karena belajar darimu”
“
Kapan belajar ?”
“
Belajar setelah membaca novelmu” haikal tersenyum. Akila terlihat begitu malu.
“
Akila gag usah berlagak lagi menolak Haikal, karena Haikal uda tau semua.
Haikal gag ngajak Akila pacaran kok, karena Haikal tau Akila gag mau pacaran.
Haikal mau kita ta’arufan”
“
Iya, Akila sayang Haikal”
“
Apa ?. Coba bilang sekali lagi !. Haikal mau mendengar itu sampai mata Haikal
terpejam selamanya”
“
Gombal”
“
Akila jaga hati dan semua yang Akila miliki untuk Haikal ya ?” Haikal
tersenyum.
“
Lebay banget lah ngomongnya”
“
Haikal besok akan pulang, Haikal akan melamar Akila pada waktu yang indah. Jadi
tolong jaga semuanya hanya buat Haikal, jaga kepercayaan yang Haikal berikan”
“
Cepat sekali kembali, Akila masih rindu”
“
Biarlah rindu itu yang mengikat kita, sabar-sabarlah sampai cinta kita menjadi
bagian dalam ibadah kita kepada Allah” .
Percakapan
mereka terhenti seiring berubahnya waktu detik-demi detik. Sang sinar dunia
mulai kembali ke tempat peristirahatannya. Akila kini harus meninggalkan rumah
Riski. Kemudian Haikal dan Riski mengantar Akila pulang.
Haikal
telah mengalungi tanaman hias yang akan dipetik bunganya kelak. Kini dia telah
kembali untuk melanjutkan studinya dengan lebih serius lagi. Hari-harinya kini
selain dihiasi dengan membaca buku non fiksi juga sangat rajin membaca buku
fiksi. Haikal bahkan juga ingin menjadi penulis novel seperti calon istrinya.
Akila kini menunggu kapan cerita novelnya benar-benar akan menapatkan endingnya
beberapa tahun yang akan datang. Selain sibuk mengikuti perkuliahan, Akila juga
sibuk menulis novel-novel dengan cerita yang berbeda. Mereka kadang-kadang
sibuk berkomunikasi satu sama lain dengan bantuan alat komunikasi. Kisah mereka
sangat harmonis walau hanya bertemu di alam rindu.
The end
0 komentar: