“ Aku menolakmu sekali, aku menunggu mu ribuan hari, aku percaya jodoh akan mengantarmu  menjadi penulis cerita hakiki bersamaku” Suasana...

CINTA MU DAN CERITAKU

08:58:00 katapena.info 0 Comments

“ Aku menolakmu sekali, aku menunggu mu ribuan hari, aku percaya jodoh akan mengantarmu  menjadi penulis cerita hakiki bersamaku”
Suasana malam itu terasa dingin bagi Haikal ketika cintanya di tolak mentah-mentah oleh teman sekelasnya Akila. Akila adalah gadis yang manis, pintar, tetapi mempunyai sifat yang dingin dan kaku seperti es batu. Perjuangan Haikal menantikan cinta Akila selama 1 tahun, dengan menyembunyikan perasaan yang menyesakkan dada, mencoba mendekati walau hanya senyum batu yang dipatkannya. Akhirnya hanya akan berganti menjadi persahabatan. Haikal mengutarakan perasaanya melalui telpon bersama dinginnya malam berbintang, Haikal merasa tak ada lagi tetesan darah yang tersisa ditubuhnya ketika mendengar jawaban Akila,
            “ Aku gag bisa, aku gag mau pacaran” Jawab Akila seolah tanpa ekspresi.
            “ Kenapa ?, apa ku jelek ya ?” Haikal heran.
            “ Alasan pribadi” Jawab Akila cuek.
Haikal mati akal memikirkan perasaannya yang hancur. Segera dia memutuskan koneksi telponnya. Disisi lain Akila terdiam melihat tingkah Haikal memutuskan telpon tapa pamitan.
Pagi hari disekolah, perasaan Haikal makin tak menentu ditambah lagi sakit yang menyerang batinnya kertika melihat Akila begitu dekat dengan Heru. Haikal, Akila dan Heru merupakan teman sekelas dari sejak kelas 2 SMA. Kejadian yang terjadi semalam bahkan seolah-olah tidak pernah terlintas dipikiran Akila. Melihat sikap Akila yang makin kaku terhadapnya, Haikal mulai memikirkan sesuatu yang lain. Haikal mencoba menceritakan kisahnya pada Riski sahabatnya.
“ Riski sepertinya aku minggu depan gag lagi bersama kalian disisni” kata Haikal.
“ Kayak orang mau pergi aja, kamu kenapa lesu banget ?” tanya Riski.
“ Aku merasa tak ada gunanya disini, dari dulu kamu tahu kenapa aku berada disini. Aku hanya bersabar sampai Akila benar-benar melihat ke arahku. Tapi sekarang aku sadar, bahwa sampai kapan pun dia tak akan pernah melihatku” Haikal menjelaskan.
“ Jadi kamu mau kemana ?” Riski tersenyum.
“ Dari dulu orang tuaku sudah menyuruhku pindah sekolah karena nenek ku sendirian di kampong halamanku. Mungkin aku harus menerima perintah ortuku sekarang” jawab Haikal.
“ Ke Bandung ?, tempat kelahiran mu ?” tanya Haikal, dan dia masih tersenyum.
“ Kamu senang ya rasanya melihat aku sengsara ?. Sahabat kampreto, Gag solidare kau ma kawan. Kawan mau mati pun kau senyum” Haikal kesal.
“ Slow lah boy, jangan kau Nampakkan kali batak kau. Macam orang batak aja kau. Aku aja yang batak tulen gag ngomong kek kau” jawab Riski.
“ Alah sok batak kau, batak gag jelas kau. Orang batak tu solidare nya tinggi. Gag kek kau, gag ngerti kawan “ Haikal kesal.
“ Udalah Kal, ngapaen kamu pindah, Toh bentar lagi kita juga tamatnya dari sini, siap tu pergilah kau menuntut ilmu tempat kelahiran mu itu” Riski meyakinkan Haikal.
“ Iya juga ya ?” Haikal Nampak goyah.
“ Kamu pikirkan itu masak-masak” Riski meyakinkan Haikal.
“ Gag Ris, aku uda bulat. Minggu ini ku urus persyaratan-persyaratan pindah sekolah. Nanti ku tunggu kau di ITB ya, bukankah kamu sangat ingin kuliah disana ?” sambung Haikal.
“ Iya Kal, tapi orang tuaku menyuruhku melanjutkan di bagian keperawatan di USU” jawab Riski.
“ Tapi kalau menurutku, raihlah yang menjadi mimpimu. Jangan lupakan cita-citamu boy” Haikal memberi semangat.
“ Iya, Kamu juga. Jangan kalah hanya gara-gara perempuan” Riski tertawa.
“ Asal kamu tau ya,dibelakang seorang pria yang hebat ada wanita yang lebih hebat. Maka carilah wanita yang bisa membuatmu menjadi hebat bukan menjadikan mu budak” jawab Haikal tegas.

“ Ya, ya, ya. Jadi Akila hebat ya ?” Riski tersenyum.
“ Bukan karena itu, karena sayangku padanya tak beralasan. Bukan karena dia hebat atau apalah kata-katanya. Namun aku percaya bersama dia aku akan lebih bisa mengepakkan sayapku untuk menjadi hebat” jawab Haikal tegas.
Disisi lain Akila yang gemar menulis, selalu membawa diary yang berisikan coretan-coretan tentang karyanya. Dia mempunyai mimpi suatu ketika bisa menjadi seorang penulis professional. Hal tersebut ingin diawali dengan menerbitkan suatu novel perdananya yang kini sedang di susunnya. Sebenarnya Akila tidaklah sekaku yang di anggap Haikal. Akila berjiwa puitif dan sangat kreatif serta dia juga tidak monoton. Orang-orang yang mempunyai sifat kaku biasanya terkesan monoton. Akila sering sekali menyendiri di taman sekolah, dan sahabat terbaiknya Sisi, selalu setia untuk bersamanya.
“ Hei, kapan rencana kamu mengirimkan novel mu ke penerbit ?” tanya Sisi.
“ Belom tau Si, belom siap. Aku masih bingung endingnya bagaimana.” Jawab Akila.
“ Loh kok bingung, kamu kan mempunyai fantasi yang luarbiasa, masa itu aja susah” sambung Sisi.
“ Bukan Gitu, Novel ini hanya sedikit mengandung fiktif dan bahkan hampir tidak ada fiktifnya” jawab Akila.
“ Maksudnya?” Sisi penasaran.
“ Hanya Akila dan Tuhan yang tau.” Akila tertawa.
“ Ah gag seru, suka banget bikin orang penasaran.” Sisi kesal.
“ Sisi sayang, ada waktunya kamu pun bisa membacanya walau novel ini tidak akan jadi buku.” jawab Akila tegas.
“ Iya iya iya”
*****
Hari demi hari telah berlalu, segala urusan sudah disiapkan Haikal untuk pindah sekolah. Hari ini adalah hari terakhir Haikal menginjakkan kakinya di sekolahnya. Hati haikal terasa berat untuk meninggalkan kenangan di sekolah tersebut. Banyak kenangan yang terlukis dibalik gerbang SMA itu, terlebih lagi bersama Riski sahabatnya. Haikal tak sanggup menahan air mata ketika memndangi wajah Akila yang sedang duduk menulis dibangkunya.
“ Kau kok nangis kampret” tanya Riski.
“ Gag, mata ku kelilipan” jawab Haikal.
“ Alah acem aku bodoh aja kau buat ya kamptero” sambung Riski.
“ Ris, bagus-bagus ya sekolah, kau harus lulus boy, ku tunggu di ITB” tambah Haikal.
“ Jadi besok kamu pindah ?” Riski tampak sedih.
“ Iya boy, nenekku nelpon-nelpon terus. Pulang sekolah nanti aku terbang kesana” jawab Haikal.
“ Aku pasti sedih” jawab Riski.
“ Janganlah kayak cewe” Haikal memeluk Riski, mereka tidak sadar bahwa teman-teman di kelas merasa heran dengan mereka.
Haikal tidak pernah mengatakan bahwa besok dia akan pindah dari sekolah itu kepada teman-temannya tak terkecuali Akila.
kini Haikal sudah dirumah untuk berangkat ke ke Bandara, tiba-tiba Riski datang.
“ Kal..” Riski memanggil dari gerbang.
“ Hei, kenapa kesini ?” tanya Haikal.
“ Kau jahat kali ya kampreto, gag kau tunggu aku. Aku kesini ya untuk ngantar kamu ke bandara” jawab Riski.
“ Maksih ya sobat, kamu masih mau sempatkan waktumu” jawab Haikal.
“ Kal, kamu gag kasih tau Akila tentang perpindahan mu ?” tanya Riski.
“ Nggak, karena itu gag memberikan makna apa-apa bagi dia” jawab Haikal.
Tiba-tiba orang tua Haikal memanggil untuk segera menaiki mobil menuju bandara. Pembicaraan mereka terhenti, padahal Riski ingin mengatakan sesuatu. Kini Riski dan Haikal beserta orang tua Haikal sudah berada di mobil menuju bandara. Sesampai disana, Haikal menyalami dan memeluk ortu dan sahabatnya hingga kemudian pergi meninggalkan negeri Batak.
*****
Kini mereka sudah menjadi mahasiswa di Universitas masing-masing. Riski menjalani harinya menjadi seorang mahasiswa keperawatan Universitas Sumatera Utara. Dia sangat menikmati hari-harinya mempelajari ilmu keperawatan. Sementara Akila belajar di Fakultas Psikologi di Universitas yang sama. Baik Riski maupun Akila tidak pernah mengetahui kabar apapun dari Haikal, karena orang tua Haikal juga sudah pindah ke Bandung di karenakan nenek Haikal sering sakit-sakitan.
Disisi yang lain Haikal kini belajar di salah satu Universitas dibandung dan menjadi seorang maahasiswa hukum. Setiap hari dia sibuk dengan tugas-tugas mata kuliahnya. Haikal suka sekali nongkrong di toko buku apa saja, tetapi Haikal tidak pernah membaca buku-buku fiksi. Karena menurutnya membaca buku-buku fiksi hanya membuang- buang waktunya dengan hayalan-hayalan orang yang tidak jelas, dan kadang-kadang tidak rasional.
Haikal mempunyai seorang teman wanita yang sangat gemar membaca fiksi. Gadis ini kebanyakan waktunya dihabiskan dengan membaca novel, sehingga jumlah novel dirumahnya sudah hampir tak terhitung, bila dihitung seharian. Karena Haikal risih melihat kebiasaan temannya itu, maka dia menegurnya,
“ Vi, tidakkah kamu merasa betapa ruginya membaca buku seperti itu  setiap hari ?” tanya Haikal kepada Vivi.
“Kal, hidup ini gag usah terlalu dibawa serius dengan membaca buku-buku non fiksi mu itu yang membuat urat-urat saraf menjadi tegang. Cepet tua ntar “ jawab Vivi.
“ Yang penting berguna. Banyak tau, banyak ilmu. Coba kamu lihat buku-buku koleksimu itu, Cuma hayalan yang gag jelas aja.” jawab Haikal.
“ Tapi hidup itu kan gag monoton. Masak itu-itu aja. Sesekali kembangkan imajinasimu dan bangkitkan emosionalmu dengan membaca novel kek gini” Vivi menunjukkan novel yang dia baca.
“ Mana coba ku lihat. Paling-paling isinya gag berbobot” Haikal ngejek.
“ Ni, jangan robek ya !. Baru beli tu” sambung Vivi sambil memberikan novelnya kepada Haikal.
Haikal membaca novel tersebut lembar demi lembar. Entah kenapa dia sungguh bisa merasakan emosionalnya memuncak pada cerita tokoh wanita dalam novel tersebut. Haikal membaca novelnya dengan muka seolah-olah itu bukanlah buku fiksi tetapi buku non fiksi. Keningnya berkerut seolah cerita dalam novel tersebut butuh sebuah pengetahuan analisa.
“ Vi, kupinjam ya novelmu ?” tanya Haikal.
“ Haaa ?, gag salah bos ?. Perdana baca novel, eh langsung dipinjam” Vivi negejek.
“ Serius aku. Boleh ya ?. Kalau uda habis ku kembalikan” sambung Haikal.
“ Aku aja belum baca habis. Yaudah lah, jangan rusak !” Vivi memperingatkan.
“ Macam aku monyet aja sampe rusak” jawab Haikal.
Dirumahnya, siap mandi Haikal mulai mengambil posisi untuk melanjutkan kisah gadis yang ada di dalam novel tersebut. Haikal begitu terharu pada kisah tersebut. Dia merasa ada kesamaan antara kisah tokoh itu dengan dirinya. Tokoh itu memendam cinta selama 10 tahun lamanya, dan ketika yang dicintainya mengatakan cinta padanya, dia malah menolak. Gadis itu mempunyai hobi menulis segala sesuatu dalam diarinya, hingga saat gadis itu menolak cinta yang mencintainya, dia menulis dalam diarinya“ Aku menolakmu sekali, aku menunggu mu ribuan hari, aku percaya jodoh akan mengantarmu  menjadi penulis cerita hakiki bersamaku” .
Berhalaman-halaman sudah dibacanya, Haikal semakin penasaran dengan lanjutan ceritanya sehingga membuat dia tidak menyadari jam sudah menunjukkan jam 05:15 Wib. Akhirnya Haikal Cuma merasa kecewa karena tidak mendapatkan ending dari cerita itu. Novel itu adalah jenis Novel bersambung. Keesok paginya Haikal tertidur dikelas. Hal yang tak pernah terjadi sebelumnya.
“ Kal.. “ Vivi membangunkan Haikal.
“ Apa sih ?” Haikal masih terlihat tak sanggup membuka matanya.
“ Gimana novelnya ?” tanya Vivi.
“ Ah, bersambung. Bikin kesal aja, padahal uda begadang semalaman” jawab Haikal.
“ Berarti itu novel bersambung, mana novelnya sini !” Vivi meminta sambil tertawa melihat Haikal tak sanggup buka mata.
“ Ini ! ” Haikal memberikan novelnya.
“ Akila Putri” Vivi membaca pengarang novel itu.
“ Akila putri ?” Haikal langsung membuka matanya.
“ Loh kok sehat bos ?” Vivi ngejek.
“ Kamu baca dimana ?” Haikal penasaran.
“ Pengarang novel ini Kal, ini tertulis” Vivi menunjukkan bacaan pengarang novel tersebut.
“ Coba ku lihat” Haikal sangat penasaran karena nama itu tidak asing bagi telinganya. Kemudian dia membaca satu persatu informasi dari pengarang novel tersebut. Dibagian paling bawah dari informasi tentangnya pengarang juga menuliskan satu paragraph singkat.
“ Aku adalah yang menantikan mu, aku adalah yang selalu merindukan mu, Aku adalah yang kamu rapuhkan dalam kehilangan lukisan terindah yang pernah ada, Aku adalah jiwa yang sendiri menantikan mu kapan kembali. Untukmu seseorang yang telah pergi dengan kata-kata terakhir di malam penuh bintang, yang pergi tanpa salam, yang berlinang air mata bersama hujan. Haikal saputra”
Serentak air mata Haikal jatuh berlinang, ternyata novel tersebut adalah ungkapan hati Akila untuknya. Haikal jadi berpikir “ Tuhan telah mempertemukan dua rasa pada cerita hayalan yang ku anggap tidak ada makna kehidupan” . Tanpa ragu Haikal langsung pulang menuju rumahnya untuk meminta izin terbang ke Medan.  Dia ingin memastika perasaan Akila. Dia ingin mencari penawar kegalauan dan rindunya yang ditanggung hampir setengah tahun lebih. Orang tua Haikal mengizinkan keinginan anaknya yang membara-bara.
Setelah sampai di Medan, orang yang pertama di jumpai adalah Riski. Dia langsung menjumpai Riski dirumahnya.
“ Assalamu’alaikum “ Haikal mengetok pintu.
“ Wa’alaikumsalam” ibu Riski membuka pintu.
“ Tante apa kabar ?” tanya Haikal.
“ Baik, Haikal kapan ke Medan ?. Ayo nak masuk dulu.” tanya ibu Riski.
“ Baru aja nyampe tante, Riskinya ada ?” tanya Haikal.
“ Baru aja pergi, mau maen sepakbola katanya sama teman”
“ O, boleh Haikal nunggu disini ?. Rumah Haikal sudah dijual, karena kami gag tinggal lagi di Medan. “
“ Boleh sekali pun. Yasudah tante bikin minum dulu ya ?”
“ Gag usah tante, jangan repot-repot”
“ Gag repot kok”
Tiba-tiba dari pintu terdengar ucapan salam. Segera Haikal membuka pintu. Ternyata yang memberi salam adalah Riski. Riski terkejut, dan langsung memeluk Haikal. Kemudian mereka bercerita banyak tentang pengalaman-penagalaman mereka selama tak bersama. Kemudian Haikal bercerita tujuannya kembali ke Medan.
“ Jadi kamu mau berjumpa dengan Akila ?” tanya Riski.
“ Kamu hebat, aku kagum padamu. Begitu banyak wanita yang lebih baik didunia ini kamu malah betul-betul berjuang demi satu Gadis” sambung Riski.
“ Karena sebenarnya buka aku yang hebat, tapi Akila yang lebih hebat. Aku pernah bilang padamu bahwa dibalik laki-laki yang hebat ada wanita yang lebih hebat. Kenapa aku hebat ?, karena dibalik kehebatanku dalam mempertahankan perasaan ku ada perasaan yang lebih hebat lagi, yaitu perasaan Akila untukku”
“ Dari mana kamu tau ?”
“ Ini boy, bacalah” Haikal memberikan novel karya Akila.
“ Cintamu, ceritaku. Judul yang bagus, novel apa ini ?”
“ Novel karya Akila, disitu tertera semua perasaannya untukku”
“ Kamu tau dimana Akila sekarang ?”
“ Nggak, dimana ?”
“ Dia kuliah di universitas yang sama denganku tapi dia di psikologi. Sebenarnya tak usah aku membaca novel ini, karena dari dulu aku sudah tau perasaan Akila padamu. Dia sudah menyukaimu sejak SD. Bukankah rumah kalian lumayan dekat ?. Walau kalian bukan dari SD yang sama, tapi dia sering memperhatikanmu. Asal kamu tau, sebenarnya Akila tidaklah sekaku yang kamu pikirkan. Dia kaku seperti itu sejak SMA. Kamu tau kenapa ?, karena kamu mulai mengenalnya, apalagi kelas 2 SMA kita sekelas, kamu makin mengenalnya. Dia sering salah tingkah. Dia takut kalau kamu tidak suka padanya”
“ Kok kamu tau banyak ?”
“ Kami sudah berteman dari SD, mamaku dan mama dia kawan arisan gitu. Jadi kami lumayan dekat. Bisa dibilang kami sahabat juga”
Tiba-tiba dari luar terdengar “ Assalamu’alaikum”, kemudian mereka bersama-sama menjawab “ Wa’alaikumsalam”. Riski bangun membukakan pintu. Ternyata yang datang adalah tamu yang lagi diharapkan kedatangannya.
“ Akila, tumben datang. Ayok masuk ada seseorang didalam” Riski tersenyum.
“ Siapa ?” Akila penasaran.
“ Lihatlah sendiri, ayok !” Riski mengajak Akila.
“ Kal, ada tamu buat kamu “ Riski tersenyum kearah Haikal. Haikal dan Akila terlibat kontak mata, jantung mereka bermain drum. Darah mereka disekujur tubuh bagai enggan untuk tetap diperedarannya. Tak ada sepatah katapun yang keluar. Rindu di dada mereka sedang menggebu-gebu. Akila ingin sekali memeluk Haikal. Tapi ditahannya, karena mereka bukan muhrim. Haikal ingin sekali mencium dan memeluk Akila sebagai penawar rindunya, apalagi setelah megetahui perasaan Akila. Tetapi dia sangat hormat pada Akila.
“ Kok diem, uda lama gag jumpa masak gitu” Riski membuka bicara.
“ Akila apa kabar ?” tanya Haikal.
“ Baik, kamu sendiri ?” tanya Akila.
“ Lumayan” jawab Haikal.
“ Kamu pergi kok gag bilang-bilang sih ?”
“ Aku galau “
“ Maaf”
“ Ngerasa ya ?. Bukan karena Akila kok, karena nenek minta Haikal pindah “
“ Alah Kal, gengsi kau buang aja napa. Uda gag sopan, gengsian, kapan berkembangnya ?” sambung Riski.
“ Diem aja kenapa ?. Kita pergi dululah” Haikal berkata pada Riski.
“ Kemana ?”
“ Masak kek kau sana sama tante, ada yang mau kubilang sama Akila. ngerti sikit kenapa ? “
“ Iye iye iye mas bro. jadi perempuan aku demi kau” jawab Riski yang membuat Akila jadi tersenyum.
Haikal kini pindah dan duduk disamping Akila. Dia mencoba meraih tangan Akila, tapi Akila manariknya kembali.
“ Maaf Kal, kita buka muhrim” Akila berkata.
“ Siapa bilang kita bukan muhrim?”
“ Memang iya kan ?”
“ Kita bukannya bukan muhrim, tapi kita belum muhrim. Karena kita pasti akan jadi muhrim” Akila terlihat tersenyum.
“ Akila mau gag jadi istri Haikal nanti ?” sambung Haikal.
“ Nanti kapan ?” Akila terlihat malu-malu.
“ Setelah Haikal mapan, Haikal janji akan cepat mapan supaya bisa bersama Akila terus”
“ Tapi, kita sangat jauh”
“ Siapa bilang kita jauh ?”
“ Memang iya kan ?”
“ Jauh dimata dekat di hati. Mata hanya memandang dalam jangkauan yang terbatas, tapi hati mampu menjangkau tanpa batasan”
“ Ada aja dijawab”
“ Karena belajar darimu”
“ Kapan belajar ?”
“ Belajar setelah membaca novelmu” haikal tersenyum. Akila terlihat begitu malu.
“ Akila gag usah berlagak lagi menolak Haikal, karena Haikal uda tau semua. Haikal gag ngajak Akila pacaran kok, karena Haikal tau Akila gag mau pacaran. Haikal mau kita ta’arufan”
“ Iya, Akila sayang Haikal”
“ Apa ?. Coba bilang sekali lagi !. Haikal mau mendengar itu sampai mata Haikal terpejam selamanya”
“ Gombal”
“ Akila jaga hati dan semua yang Akila miliki untuk Haikal ya ?” Haikal tersenyum.
“ Lebay banget lah ngomongnya”
“ Haikal besok akan pulang, Haikal akan melamar Akila pada waktu yang indah. Jadi tolong jaga semuanya hanya buat Haikal, jaga kepercayaan yang Haikal berikan”
“ Cepat sekali kembali, Akila masih rindu”
“ Biarlah rindu itu yang mengikat kita, sabar-sabarlah sampai cinta kita menjadi bagian dalam ibadah kita kepada Allah” .
Percakapan mereka terhenti seiring berubahnya waktu detik-demi detik. Sang sinar dunia mulai kembali ke tempat peristirahatannya. Akila kini harus meninggalkan rumah Riski. Kemudian Haikal dan Riski mengantar Akila pulang.
Haikal telah mengalungi tanaman hias yang akan dipetik bunganya kelak. Kini dia telah kembali untuk melanjutkan studinya dengan lebih serius lagi. Hari-harinya kini selain dihiasi dengan membaca buku non fiksi juga sangat rajin membaca buku fiksi. Haikal bahkan juga ingin menjadi penulis novel seperti calon istrinya. Akila kini menunggu kapan cerita novelnya benar-benar akan menapatkan endingnya beberapa tahun yang akan datang. Selain sibuk mengikuti perkuliahan, Akila juga sibuk menulis novel-novel dengan cerita yang berbeda. Mereka kadang-kadang sibuk berkomunikasi satu sama lain dengan bantuan alat komunikasi. Kisah mereka sangat harmonis walau hanya bertemu di alam rindu.

The end

0 komentar:

Tentang Penulis