Hangat pelukmu lambungku ke mega senyummu adalah mahkota terindah dirambutku kau rawat aku dengan kasihmu kau sentuh aku dengan sayang...

Ketika Mata Tak Kenal Cahaya (Ibu)

21:20:00 katapena.info 0 Comments

Ketika Mata Tak Kenal Cahaya (Ibu)

Hangat pelukmu lambungku ke mega
senyummu adalah mahkota terindah dirambutku
kau rawat aku dengan kasihmu
kau sentuh aku dengan sayangmu
kau beriku hadiah tiada jemu

Ibu,
tak sebanding yang kudapat dari siapapun rindumu
utara lisanmu lebih tulus dari sungai yang mengalir
lebih mulia dari mentari pagi yang istiqamah
badai,
halilintar,
topan,
kau hadang dengan pedangmu yang rapuh hanya untukku

Ibu,
kau tahu?
air matamu telah iris dadaku tak terlampaui perihnya
lisanmu yang halus ajarku terus berjuang
kau jahit sayapku yang rapuh dan luka
kau kata, "terbanglah! kau pasti mampu"

Ibu,
bisakah aku memberikan mahkota terindah untukmu?
seperti yang telah kau beri untukku?
apakah aku punya kesempatan itu?
kau halau gelap untukku
kau tunjukkan matahari ketika mataku tak mengenal cahaya

Ibu,
saat aku tak mampu bergeser dalam lukaku
kau angkat tubuhku dengan lemahmu
kau tunjukkan kuat dalam letihmu
hanya untuk mengajarkanku, "kau pasti bisa! pasti bisa!"

Ibu,
andai engkau tahu,
kuat kakiku hanya karenamu
tegapku hanya karena tatapmu
aku bertahan hanya untukmu
karena aku...
aku...
aku ingin engkau selalu tersenyum Ibu....
ingin selalu waktu terus maju,
dan kemudian akulah yang menunjukkan mentari ketika matamu tak kenal cahaya

By: W. Atropurpurea/ Aya Scabiosa
Monday, October 09, 11.08 AM
at Blang Dalam Tunong, Kecamatan Nisam, Kab. Aceh Utara

0 komentar:

Tentang Penulis